Jakarta, CNBC Indonesia - Kelangkaan makanan, dan masalah kurangnya pasokan tenaga kerja mulai dialami oleh Inggris di tengah pandemi Covid-19 dan implikasi dari Brexit, keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Kekurangan makanan di Negeri Ratu Elisabeth ini juga telah mendominasi berita utama media massa dalam beberapa pekan terakhir.
Sebagaimana diberitakan Al-jazeera, dikutip Minggu (5/9), disebutkan dalam reportase bahwa rak-rak supermarket di sana mulai jarang dan menu-menu restoran telah dimodifikasi, porsi menjadi lebih sedikit.
Nando's, restoran ayam panggang yang populer di Inggris, misalnya, baru-baru ini menutup beberapa unitnya setelah kehabisan ayam, dan berbagai gerai merek besar lainnya termasuk toko roti Greggs dan McDonald's menghadapi masalah pasokan serupa.
Steve Wilson, pelanggan Greggs yang kecewa di Brighton, mengatakan kepada Al Jazeera, "saya punya dua di dekatnya [cabang terdekat], tetapi keduanya memiliki item menu yang hilang."
Dia ingin memesan baguette ayam goreng di Just Eat, aplikasi pengiriman makanan, tetapi sayangnya "mereka hanya memiliki satu jenis" yang ditawarkan.
Dia pun kemudian menelepon cabang Greggs untuk mencari tahu lebih lanjut. "Mereka bilang itu karena kekurangan ayam jadi harus berhenti menawarkan menu-menu tertentu."
Di London, Ziad Elhassan mengunjungi cabang Mile End Nando's dan merasa frustrasi karena menemukan menu yang mulai diperkecil porsinya.
"Ini ketiga kalinya tanpa paha dalam sebulan," katanya. "Mereka memiliki dada dan sayap tetapi tidak memiliki paha [ayam]."
Ketika dia meminta penjelasan, dia diberitahu bahwa masalah rantai pasokan yang harus disalahkan. "Paha datang dari pemasok yang berbeda rupanya," tambahnya.
Kekurangan ini sebagian karena pergeseran demografis yang dikatalisasi oleh Brexit, perceraian bersejarah Inggris keluar dari Uni Eropa (UE).
British Poultry Council memperkirakan bahwa satu dari enam pekerjaan di industri saat ini kosong karena pekerja kembali ke UE.
Asosiasi Pengangkutan Jalan (Road Haulage Association/RHA) mengatakan ada kekurangan saat ini sekitar 100.000 pengemudi kendaraan barang berat (HGV, heavy goods vehicle) di Inggris.
Kekurangan tenaga kerja juga merupakan akibat dari pandemi. Analis mengatakan tidak ada kekurangan pangan seperti itu, melainkan masalah pasokan tenaga kerja dalam pengangkutan dan logistik yang disebabkan oleh kombinasi Covid-19 dan Brexit.
"Kami memiliki kejutan ekonomi khusus buat Inggris yakni Brexit, datang pula Covid-19," kata David Henig, Kepala Pusat Ekonomi Politik Internasional Eropa yang berbasis di Brussels, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia mengatakan ada kombinasi maraknya belanja online, khususnya pengiriman keesokan harinya, ketergantungan pasokan yang diperburuk oleh pandemi. Ini membuat permintaan konsumen naik, sementara dari sisi tenaga pengirim untuk mengantarkannya hanya sedikt.
Sementara itu, para analis mengatakan kekurangan pengemudi truk secara global telah menjadi masalah mendasar sejak pertengahan 2000-an.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Financial Times, Kepala Kebijakan di Asosiasi Pengangkutan Jalan (RHA) Rod McKenzie, menyarankan, "satu-satunya tempat yang tidak kekurangan pengemudi secara signifikan adalah Afrika."
Dampak Brexit
Penelitian independen yang dilakukan atas nama Logistics UK, sebuah asosiasi transportasi, oleh RepGraph memperkirakan bahwa 14.000 pengemudi UE meninggalkan Inggris pada tahun ini hingga Juni 2020, dengan hanya 600 yang kembali pada kuartal kedua tahun 2021.
Pada saat yang sama, jumlah pengemudi domestik yang menunggu untuk mengikuti tes untuk kendaraan berat (HGV) menumpuk karena penundaan tes selama pandemi. Di sisi lain, ada banyak pengemudi yang sudah semakin berkurang karena aturan isolasi tes dan lacak.
Singkatnya, ada barang tetapi lebih sedikit pengemudi yang mengantarkannya.
Tetapi, menurut Henig, masalah kekurangan pengemudi makin parah di Inggris. "Mereka tampaknya sangat akut ... karena ketergantungan sebelumnya pada penggunaan staf UE."
Pemerintah telah memaparkan rencana, memberi ide adanya personel militer yang memenuhi syarat untuk bisa masuk ke kendaraan berat untuk mengisi kesenjangan pengemudi in, tetapi para bos-bos industri di sana mengatakan langkah ini tidak cukup baik.
Logistics UK dan British Retail Consortium baru-baru ini menulis surat kepada pemerintah yang menyerukan intervensi, untuk mengizinkan pengemudi Eropa kembali ke Inggris dengan visa jangka pendek.
Masih belum jelas apakah pemerintah akan menerima apa yang mungkin dianggap sebagai kekalahan politik jangka pendek berkaitan dengan Brexit ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
Stok Makanan di Inggris Terancam Kosong, Ini Biang Keroknya! - CNBC Indonesia
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar