Perut merupakan pusat pengelolaan energi, di mana akan menjadi sumber utama untuk mendukung akfititas. Namun, perut bisa menjadi sumber persoalan jika asupan yang masuk menjadikan keharmonisan tubuh terganggu. Perut adalah anggota tubuh yang sulit diperbaiki, paling berat dan sibuk, paling besar bahaya dan pengaruhnya. Sumber yang menentukan kekuatan atau kelemahan, kebaikan dan kedurhakaan anggota tubuh lainnya.
Oleh karena itu, yang dilakukan seseorang hamba adalah menjaga perut dari perkara yang haram dan syubhat juga perkara yang halal berlebihan.
Kondisi saat ini justru banyak memberikan pilihan yang variatif dan memanjakan mulut, sehingga urusan perut yang akan menanggung. Wisata kuliner hampir setiap daerah menonjolkan khas daerah tersebut, saling berlomba menarik wisata datang dan membelanjakan uangnya. Keadaan ini menumbuhkan pengusaha-pengusaha kuliner baru sehingga akan banyak menyerap tenaga kerja. Sebenarnya dalam ajaran Islam sudah ada tuntunannya. Makanlah saat lapar dan berhenti sebelum kenyang, makanlah yang halal dan thoyib. Ketika memulai makan dengan kondisi lapar, setiap suapan akan terasa nikmat. Kekenyangan adalah kondisi yang kurang mengenakkan. Sering kita dengar seseorang berujar, "mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal." Ujaran ini merupakan cermin seseorang yang sudah terkikis keimanannya. Thoyib adalah keniscayaan untuk menjadi dasar kita memilih makanan dan minuman, janganlah diumbar mulut ini memakan apapun, namun pilihlah makanan minuman yang membuat badan kita menjadi sehat. Badan mempunyai hak menerima sesuatu yang tidak mengganggu keseimbangannya.
Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala ( QS. an-Nisah' [4] : 10 ). Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah saw, "Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih utama baginya (Diriwayatkan oleh Abu Na'im dalam kitan al-Hilyah). Jauhilah memakan sesuatu yang asal usulnya jelas dilarang oleh Islam. Banyak kalangan dengan menciptakan persepsi sendiri perkara yang dilarang dianggap dibolehkan, mereka lupa bahwa "kreasi" ini bisa menyesatkan banyak pihak dan dia akan menanggung dosanya. Pemakan barang haram dan syubhat akan dijauhkan dari kebaikan dan tidak mendapatkan taufik/bimbingan untuk beribadah atau terhalang untuk berbuat baik. Jika dia melakukan amal kebaikan, maka perbuatannya akan tertolak dan kebaikannya tidak akan diterima. Inilah kesia-sian, maka dari itu hindarilah perkara-perkara tersebut.
Sementara makanan halal yang dikonsumsi secara berlebihan merupakan suatu penyakit bagi seorang hamba. Seseorang yang terlalu banyak makan, tentunya hatinya akan menjadi keras. Janganlah hati kau matikan dengan banyak makan dan minum meskipun halal, ibarat tanaman akan mati jika kau siram berlebihan. Perut dalam keadaan kenyang (kekenyangan) akan membuat badan tidak leluasa bergerak, menjadi lupa daratan, langkah kakinya menuju kesia-siaan. Sebaliknya jika perut lapar, semua anggota tubuh lain akan menjadi tenang dan tidak ada keinginan berbuat yang tidak berguna. Keadaan lapar yang paling baik adalah saat berpuasa. Ada lagi kelemahan perut dalam keadaan kenyang, akan melemahkan pemahaman dan menumpulkan pikiran serta menghilangkan kecerdasan.
Perbuatan dan perkataan seseorang tergantung pada makanan dan minumannya. Jika yang dikonsumsi adalah barang haram, perbuatan dan perkataan yang muncul darinya adalah perkara yang haram. Jika konsumsinya berlebihan, maka perbuatan dan perkataan yang keluar juga berlebihan. Makanan dan minuman laksana benih, sedangkan perbuatan dan perkataan adalah tanaman yang tumbuh darinya. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam konsumsi (makan dan minum), akan tercermin dari perbuatan dan perkataan. Seorang pemimpin yang bijak jarang mengumbar perkataan dan perbuatan yang sia-sia, seperti tuntunan Rasulullah yaitu, berbicara seperlunya dan jika tidak ada yang perlu lebih baik diam.
Dikisahkan tentang Nabi Yahya as. Suatu hati iblis muncul di hadapannya dengan membawa alat untuk menggantung. Nabi Yahya as. lalu bertanya kepadanya, "Apa itu?" Iblis menjawab, "Ini adalah nafsu syahwat yang sering kupergunakan untuk memancing manusia."
Nabi Yahya kembali bertanya, " Adakah kamu menemukan sesuatu yang dapat dipancing dariku?"
Iblis menjawab, "Tidak ada, kecuali pada suatu malam ketika kamu kekenyangan, aku membuatmu berat untuk melaksanakan shalat."
Kemudian Nabi Yahya berkata, "Kalau begitu, aku tidak akan makan sampai kenyang setelah malam itu untuk selamanya."
Iblispun menimpali, "Sungguh, setelah itu aku tidak akan memberi nasihat kepada seorangpun selamanya."
Inilah kisah yang patut dicontoh sikap Nabi Yahya, hanya kenyang semalam selama hidupnya. Kekenyangan akan mengurangi semangat beribadah, badannya terasa berat, matanya mengantuk dan anggota tubuh lannya akan lesu menjadikan malas bergerak, jika tidur akan pulas seperti orang terkapat. Ada pepatah, "Jika perutmu kenyang, anggaplah dirimu sedang lumpuh."
Masalah makan minum yang berujung pada perut menjadi sangat penting, karena menjadi sumber yang menentukan kekuatan atau kelemahan dan ketaatan atau kedurhakaan. Oleh karenanya kita mesti pertimbangkan agar jangan sampai kekenyangan di malam hari. Waktu wisata kuliner atau jamuan makan malam, usahakan makan tidak sampai kenyang. Jika ada kebiasaan makan malam upayakan makan sore dan latih untuk tidak makan malam bagi yang berusia 50 thn keatas. Semoga kita menjadi golongan yang ikuti tuntunan ajaran Islam dalam perkara makan minum ini.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)
(erd/erd)Menjaga Nafsu Makan dan Minum - detikNews
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar