Suara.com - Mama Beyum Baru berasal dari salah satu kampung di Provinsi Papua, dimana daerah itu menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi sagu terbesar.
Tetapi keadaan di lapangan berbeda, di sana sagu -- makanan khas Papua -- justru bukan lagi dijadikan makanan utama dan sekarang sulit ditemukan.
Makanan utama penduduk kampung asal Mama Beyum sekarang berganti nasi yang berbahan beras.
Beyum Baru seorang pegiat perempuan adat dan ekonomi kreatif itu berkata, "Memang kalau di kampung yang saya tinggal ini sagu sudah bukan merupakan makanan pokok, nasi jadi makanan pokok masyarakat di kampung, sagu menjadi urutan kedua," kata Mama Beyum dalam webinar bertema ''Sagu Terakhir, Sa Punya."
Baca Juga: Petugas Tangkap 2 Anggota Kelompok Separatis Teroris Papua Beserta Senjata M16
Data Greenpeace Indonesia menunjukkan luas lahan sagu di Papua pada tahun 2012 mencapai 771.716 hektare atau sekitar 85 persen dari luas hutan sagu nasional.
Tetapi dengan gencarnya pembangunan perkebunan dan pertambangan, lahan sagu perlahan berkurang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asia Justice and Rights dan Papuan Women’s Working Group terhadap 100 perempuan adat Papua di Provinsi Papua dan Papua Barat mengonfirmasi jika hak atas tanah adat terus diabaikan dalam berbagai proyek pembangunan perkebunan dan pertambangan.
Hutan Papua terancam karena adanya perluasan komoditas-komoditas perkebunan, terutama yang diproduksi untuk kebutuhan ekspor.
Baca Juga: Personel TNI dan Warga Ringkus Dua Anggota KSB Papua, Lima Pucuk Senjata Api Disita
Mama Beyum: Sagu Kini Makanan Urutan Kedua Setelah Beras - Suara.com
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar