Penulis: Monavia Ayu Rizaty
Editor: Dimas Jarot Bayu
23/9/2021, 12.30 WIB
Jejak karbon makanan atau food’s carbon footprint merupakan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan mulai dari proses awal pertanian bahan makanan hingga pembuangannya. Makanan menghasilkan 13,7 miliar metrik ton emisi GRK secara global.
Dalam proses produksi makanan, terdapat empat sektor yang berkontribusi terhadap emisi GRK, yakni peternakan dan perikanan (31%), produksi tanaman (27%), penggunaan tanah sebagai lahan pertanian (24%), dan rantai pasokan makanan (18%).
Menurut Our World in Data, sapi potong memiliki kontribusi yang besar terhadap jejak karbon makanan. Satu kilogram (kg) sapi potong dapat menghasilkan 60 kg emisi GRK (kgCO2e).
Kontributor emisi GRK terbesar berikutnya dari produk makanan adalah domba dan kambing. Satu kilogram daging domba dan kambing tercatat menghasilkan 24 kgCO2e.
Kemudian, satu kilogram keju dan sapi perah sama-sama menghasilkan 21 kgCO2e. Adapun, emisi GRK yang dihasilkan satu kilogram cokelat sebesar 19 kgCO2e.
Emisi GRK dapat mengancam bumi dan kehidupan manusia. Pasalnya, hal tersebut berpotensi mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang ekstrem, perubahan produksi rantai makanan, penyebaran penyakit, serta rusaknya ekosistem di laut.
Untuk mengurangi emisi GRK dari makanan, masyarakat perlu membatasi porsi produk hewani seperti daging dan keju. Masyarakat bisa mencari alternatif sumber makanan dari tumbuh-tumbuhan, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, maupun jamur.
(Baca: Listrik, Sumber Emisi Karbon Terbesar pada 2020)
Sapi Potong Penyumbang Utama Jejak Karbon Makanan | Databoks - Databoks
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar