Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa pengawasan pemerintah terhadap penggunaan nitrogen cair pada pangan masih kurang dan pemahaman masyarakat terkait penggunaan nitrogen cair pada makanan juga masih minim.
“Nitrogen cair itu, selama dikelola dengan baik itu relatif masih diperbolehkan, jadi sedikit jumlahnya dan dipakai dengan pengawasan,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim dalam Media Brief Jajanan Anak dan Kesehatan Pencernaan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Menanggapi permasalahan terkait konsumsi chiki ngebul, Muzal menuturkan bahwa terdapat kesalahan baik dari pemerintah yang kurang mengawasi dan memberikan edukasi terkait penggunaan nitrogen cair.
Akibatnya, banyak pedagang yang tidak memahami penggunaan nitrogen cair sehingga menimbulkan keracunan bagi pihak yang mengkonsumsi. Apalagi penggunaannya mulai marak ditemukan pada camilan di sekolah.
Hal miris lainnya yang dia soroti adalah sekolah juga tidak dapat mengawasi peredaran makanan bernitrogen cair, karena tidak bisa memantau setiap harinya. Jajanan-jajanan itu pun lebih banyak dijual di luar gerbang sekolah.
Padahal, nitrogen cair yang tertelan oleh anak, dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh seperti perut menjadi kembung, sakit perut yang parah hingga muntah. Padahal kapasitas lambung terutama milik anak berukuran kecil.
Baca juga: BBPOM Yogyakarta: Sekolah awasi penjualan jajanan bernitrogen cair
Baca juga: Pemkot Bogor cegah keracunan chiki ngebul via edukasi dan pemantauan
Ia mencontohkan jika satu mililiter nitrogen cair tertelan maka cairan akan menguap menjadi 700 mililiter dengan sangat cepat.
Dampak buruk lainnya adalah mengalami kebocoran lambung, gejala peritonitis seperti kelelahan, buang air kecil, tinja, atau gas lebih sedikit, sesak napas, detak jantung yang cepat dan pusing yang dapat dimasukkan dalam kondisi darurat medis yang membutuhkan perawatan medis.
Menurut Muzal, perlu ada regulasi terkait pengelolaan yang baik terkait nitrogen cair yang beredar di tengah masyarakat. Selain menimbulkan dampak keracunan bagi orang yang menelannya, orang yang mengelola nitrogen cair sendiri bisa berisiko terkena luka dingin jika kontak terlalu lama tanpa menggunakan pelindung.
"Cara penyimpanan tidak boleh di ruang tertutup yang tidak kuat, nitrogen bisa mengembang dengan cepat bahkan meledak," kata dia.
Oleh karenanya, dia mengingatkan pada semua orang tua untuk mulai membawakan makanan bergizi ke sekolah, supaya asupan gizi anak tetap terjaga dan mencegah anak untuk jajan sembarangan.
Ia turut menekankan bahwa makanan bernutrisi tidak selalu berupa makanan mahal seperti daging. Namun dapat diganti dengan telur, ikan, sayur maupun buah-buahan.
“Sebenarnya tidak boleh digunakan sembarangan untuk menyajikan atau mengolah makanan atau mengawetkan makanan biasanya di tempat tertentu misal hotel atau restoran besar yang mengerti tentunya,” ujar dia.
Sebelumnya, masyarakat menyoroti nitrogen cair pada jajanan chiki ngebul telah menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan anak.
Kementerian Kesehatan sendiri per tanggal 12 Januari 2023 juga sudah menerima total 10 kasus dengan gejala keracunan pangan akibat mengonsumsi chiki bernitrogen tersebut.
Baca juga: Wabup Garut instruksikan 3 perangkat daerah awasi jajanan Chiki Ngebul
Baca juga: Kemkes: 10 kasus keracunan pangan akibat konsumsi nitrogen cair
IDAI: Pengawasan penggunaan nitrogen pada makanan masih kurang - ANTARA Nusa Tenggara Barat
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar